Pendahuluan
1.1 Latar
belakang
Peluang
bisnis usaha pembibitan domba sangat terbuka lebar karena permintaan bakalan
domba untuk penggemukan hingga permintaan domba muda untuk kebutuhan konsumsi
semakin bertambah. Pembibitan domba juga sangat penting untuk menjaga
ketersediaan populasi domba. Kebutuhan protein hewani terus mengalami
peningkatan dari tahun ketahun, hal ini dikarenakan peningkatan penghasilan dan
pengetahuan masyarakat yang semakin baik akan pentingnya makanan bergizi.
Kebutuhan ini dapat dipenuhi dari hasil produk peternakan seperti daging, telur
dan susu. Konsumsi daging masyarakat Indonesia mencapai 7,1 kg per kapita per
tahun dimana jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi telur
yang hanya 3,89 kg per kapita per tahun dan kebutuhan susu sebesar 6,5 kg per
kapita per tahun (Husodo, 2003).
Domba
merupakan salah satu jenis ternak penghasil daging yang cukup potensial untuk
dikembangkan karena domba mudah beradaptasi dan perkembangbiakannya cepat
dimana seekor domba dapat beranak 3 kali dalam 2 tahun dan sekali kelahiran
dapat menghasilkan 2-3 ekor anak. Di Indonesia ternak domba sebagian besar
dipelihara oleh para peternak rakyat di pedesaan dimana pemeliiharaannya masih
dilakukan secara tradisional. Pemeliharaan secara tradisional yang hanya diberi
pakan rumput lapang saja hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok saja dengan
pertambahan bobot badan yang relatif rendah 2-8 gram/ekor/hari. Selain itu
ternak sangat rentan terhadap serangan penyakit yang berakibat pada rendahnya produktivitas
ternak.
Upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ternak domba ialah dengan
pembibitan domba. Usaha pembibitan domba juga bermanfaat untuk mencegah
pemotongan domba betina produktif seperti yang saat ini banyak terjadi. Selain
itu, sarana untuk terus menigkatkan mutu genetic domba Indonesia.
Tujuan
Untuk
mendapatkan mutu bibit yang baik
Untuk
mengetahui usaha pembibitan domba bahwasannya menguntungkan.
Persipan pembibitan
a.
Mengubah mindset tentang usaha
pembibitan domba
Masih sedikitnya peternak yang fokus pada usaha
pembibitan domba disebabkan mindset seseorang yang menganggap usaha pembibitan
domba kurang menguntungkan dan perputaran modalnya lama. Akibatnya, jauh lebih
banyak yang memilih usaha pembesaran atau penggemukan domba karena perputaran
modalnya lebih cepat.
Usaha pembibitan domba memang membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk satu periodenya, yakni sekitar 8 bulan-mulai indukan
hamil,melahirkan,hingga anakan lepas sapih. Coba bandingkan dengan usaha
pembesaran atau penggemukan domba yang hanya membutuhkan waktu 2-4 bulan.
Begitu juga dengan modal atau investasi yang dibutuhkan pada awal usaha yang
jauh lebih besar daripada modal untuk usaha penggemukan.
Sebenarnya, jika dijalankan dengan perhitungan
dan manajemen usaha yang baik, pembibitan domba tidak kalah menguntungkan
dibandingkan dengan usaha penggemukan domba
b.
Persiapan indukan dan pejantan
Agar anakan domba yang dihasilkan berkualitas,
maka indukan dan pejantan yang dikawinkan pun harus yang berkualitas unggul.
Berikut ini beberapa cirri indukan pejantan berkualitas.
1. Ciri
indukan berkualitas
-
Memiliki silsilah yang jelas. Hingga
saat ini, masih sangat jarang peternak yang membuat silsilah atau akta
kelahiran domba. Bagi peternak yang memang fokus pada usaha pembibitan sudah
saatnya untuk membuatkan silsilah bagi setiap anak domba yang lahir.
-
Berasal dari jenis domba pedaging
unggulan, seperti domba garut atau ekor gemuk.
-
Umur minimum 10 bulan. Meskipun sejak
umur delapan bulan sudah bisa dikawinkan, tetapi untuk hasil yang optimal
sebaiknya indukan yang dipilih berumur minimum 10-12 bulan. Jenis domba local
seperti domba ekor tipis atau domba lokal lainnya yang berukuran kecil bisa
dikawinkan saat umu 8-10 bulan. Namun, untuk jenis domba dengan tubuh lebih besar
seperti domba garut sebaiknya dikawinkan mulai umur 10-12 bulan.
-
Sehat, tidak sakit, dan tidak pernah
terserang penyakit.
-
Postur tubuh proposional dan tidak
terdapat cacat. Ambing cukup besar dan simetris, putting susu dua buah dan
normal, serta dada lebar dan kapasitas rongga perut besar
-
Bobot minimum 25 kg untuk domba
berukuran kecil maupun berukuran besar seperti domba garut. Namun, jika
benar-benar diarahkan sebagai usaha pembibitan untuk meningkatkan kualitas
genetik, bobot minimum indukan domba berukuran besar sekitar 30 kg. Sebaiknya
tidak memilih domba yang bobotnya dibawah bobot minimum yang disarankan, karena
akan berpengaruh terhadap kualitas anakan yang dihasilkan.
Sistem
pembibitan
Pembibitan domba dapat
dilakukan secara ekstensif, semi intensif, dan intensif. Pembibitan secara
ekstensif dilakukan dengan cara menggembalakan indukan. Pembibitan semi
intensif dilakukan dengan mengandangkan indukan. Perkawinan pada kedua jenis
pembibitan ini dilakukan dengan cara kawin alami. Sementara itu pembibitan
secara intensif dilakukan dengan cara kawin suntik atau IB.
Pembibitan
Setelah mendapatkan indukan
dan pejantan berkualitas, tahap selanjutnya dari usaha pembibitan domba adalah
melakukan perkawinan. Perlakuan ini diikuti dengan perawatan indukan bunting,
Proses melahirkan hingga perawatan anak dan indukan pasca melahirkan.
a. Perkawinan
Perkawinan indukan dan pejantan
dilakukan secara alami di dalam kandang koloni dengan menggunakan system
pembibitan semi intensif. Dalam satu kandang koloni berisi 10 ekor indukan dan
1 ekor pejantan. Dengan menggunakan system ini, pejantan akan otomatis
mengawini indukan yang birahi.
Pada usaha pembibitan domba, 1 ekor
pejantan berkualitas dapat mengawini 50-60- ekor betina dengan system
perkawinan berseling, yaitu satu hari kawin dan satu hari tidak. Selama masa
perkawinan, indukan dan pejantan di beri pakan utama berupa rumput segar
seperti rumput gajah. Pakan hijauan diberikan 3-4 kali sehari, pada pagi,
siang, dan sore hari. Jumlah hijauan yang diberikan 10-15% dari bobot hidup per
ekor per hari. Jadi jikan bobot indukan atau pejantan 25 kg, jumlah rumput yang
diberikan sekitar 2,5-3,75 kg/ekor/hari. Selain rumput, indukan dan pejantan
juga diberi pakan tambahan berupa konsentrat dengan kandungan protein kasar
14-16%. Konsentrat diberikan sebanyak 1 % dari bobot hidup /ekor/hari. Jika
bobot indukan 25kg / ekor, maka jumlah konsentrat yang diberikan sebanyak 0,25
kg/ekor/hari. Selain itu, diberikan juga mineral blok yang digantung di
kandang. Kondisi mineral blok harus diperhatikan, sebaiknya tidak terlalu
lembek agar tidak terus menerus dijilat domba. Kondisi mineral blok seperti ini
bisa menyebabkan keracunan. Disamping pemberian pakan secara teratur air minum
harus selalu tersedia. Sediakan air minum yang bersih dan segar untuk domba
agar terhindar dari berbagai bahan kimia berbahaya. Sumber air biasannya
berasal dari air tanah. Jangan lupa untuk mengganti air minum setiap hari.
Perawatan
indukan bunting
Seleksi terhadap
induk bunting dapat dilakukan dua bulan setelah perkawinan. Ternak yang tidak
bunting sebaiknya dikeluarkan dari kandang, lalu diikutkan kelompok lain untuk
perkawinan berikutnya. Tanda-tanda permulaan bunting sulit diketahui dengan
pasti, tetapi perubahan tingkah laku dapat diamati dan dijadikan pegangan.
Domba betina yang sedang bunting muda, gerak-geriknya agak tenang, tidak
gelisah, tidak agresif lagi, nafsu makannya meningkat, dan sering
menjilat-jilat pintu kandang atau lantai. Jika sudah bunting, harus segera
dipisahkan dari domba lainnya, yaitu dimasukkan ke dalam kandang tersendiri.
Kambing yang bunting membutuhkan perawatan dan pakan yang lebih baik agar anak
yang dikandungnya dapat tumbuh sehat. Masa bunting domba berlangsung sekitar 150
hari. Pada saat bunting muda, sebaiknya kambing dijaga dan dihindarkan dari
hal-hal yang dapat menyebabkan keguguran dan stres. Pada tiga minggu pertama
belum terlihat pertumbuhan kebuntingan yang nyata. Baru pada delapan minggu
terakhir perut dan kelenjar ambing terlihat membesar.
Domba yang sedang bunting perlu
mendapat sinar matahari yang cukup setiap hari. Kandang harus luas agar dapat
bergerak leluasa dan kondisi tubuhnya selalu terjaga agar tetap sehat, segar,
dan kuat. Domba yang sedang bunting harus dihindarkan berkelahi dengan hewan
lain, jangan sampai terkena pukulan, terjatuh, atau dipaksa melakukan pekerjaan
berat. Jika hal itu terjadi, Domba akan stres dan
keguguran.
Perawatan
rutin selama pembibitan
Disamping
pemberian pakan, air minum, dan vitamin, ada beberapa perawatan rutin yang
harus dilakukan selama proses pembibitan berlangsung. Jenis perawatan yang
perlu dilakukan diantaranya memandikan domba, mencukur bulu, memotong kuku dan
membersihkan kandang. Semua kegitan ini harus dilakukan agar usaha pembibitan
dapat berjalan lancer dan tidak mengalami hambatan berarti.
Proses
melahirkan
Pengawasan terhadap indukan
yang bunting harus dilakukan dengan cermat agar ketika indukan menunjukkan
tanda-tanda akan melahirkan bisa diketahui sejak dini. Dengan demikian,
pengurus ternak bisa langsung memindahkan indukan ke kandang beranak.
Kelahiran normal sebaiknya berjalan sendiri
tanpa bantuan manusia, agar kelahiran normal, nutrisi menjelang dan selama
bunting harus tercukupi. Selain itu indukan yang bunting juga harus banyak
bergerak, terutam menjelang beranak. Untu memberikan ruang gerak yang leluasa
terhadap indukan bunting sebaiknya jumlah indukan dalam satu kandang tidak
terlalu banyak, cukup 10 ekor indukan dan 1 ekor pejantan untuk luasan kandang
3 x 2 meter.
Indukan yang kekurangan nutrisi biasanya harus
di beri pertolongan saat beranak. Berdasarkan pengalaman , sebagian besar
indukan yang saat di beli sudah bunting biasanya akan membutuhkan pertolongan.
Keadaan ini bisa di sebabkan karena factor, diantaranya perawatan sebelumnya
kurang memadai, kemungkinan indukan baru pertama bunting, atau akibat posisi
janin yang tidak normal.
Setelah anakan keluar, indukan biasanya akan
menjilati lender yang menempel diseluruh tubuh anakan, termasuk menjilati lender
di bagian hidung sehingga tidak menghlangi jalan napas . jika indukan tidak
melakukannya , peternak harus mengelapnya menggunkan kain . diawali dengan
membersihkan lender di bagian hidung kemudian di seluruh tubuh . lakikan hingga
anakan domba menjadi kering.
PERAWATAN
ANAKAN DAN INDUKAN
Perawatan
Anakan
Setelah dilahirkan anakan
harus mendapatkan asupan susuatau kolostrum dari indukan. Secara alami, sekitar
30 menit hingga satu jam setelah dilahirkan anakan sudah dapat berdiri dan
menyusu kepada induknya. Asupan klostrum sangat penting untuk daya tahan tubuh
anak domba. Karena itu, jika indukan menolak, proses menyusi dibantu
dengan cara pegang indukan dan dekatkan
kepada anak domba untuk menyusu. Kolostrum akan habis dalam jangka waktu 3-4 hari.
Selama masa pra sapih,anakan hanya mengonsumsi ASI. Sejak dilahirkan hingga berumur 3 bulan,
ankan domba diasuh oleh induknya. Selanjutnya, anak domba siap dipisahkan dari
induknya atau lepas sapih untuk di besarkan. Anakan yang lepas sapih ini sudah bisa
dijadikan bakalan untuk usaha penggemukan di pertanakan sendiri, bakalan untuk
calon indukan pada usaha pembibitan atau dijual.
PERAWATAN
INDUKAN SELAMA MENYUSUI
Setelah anakan berumur 1 minggu, induk domba
beserta anaknya bisa kembali dimasukkan kandan perkawinan. Tujuannya agar
indukan bisa dikawini kembali oleh pejantan sehingga ketika anakan berumur 3
bulan diharapkan indukan sudah bunting kembali. Biasanya sudah bunting satu
bulan. System seperti ini dinilai efisien karena dalam kurun waktu dua tahun,
indukan bisa beranak 3 kali. Sementara itu , masa produktif optimal indukan
mencapai 4 tahun.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
- Penyiapan Sarana dan Peralatan
- Perkandangan
Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesua dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap rumbia.Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu: - Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang 1 x 1 m.
- Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m.
- Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak. Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.
Tipe
dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu:
- Tipe kandang Panggung
Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar. - Tipe kandang Lemprak
Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yang
diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.
Pemeliharaan
- Sanitasi dan Tindakan Preventif
Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali. - Pengontrolan Penyakit
Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang sehat. - Perawatan Ternak
Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang berkualitas
dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.
Perawatan ternak dewasa meliputi: - Memandikan ternak secara rutin
minimal seminggu sekali. dengan cara disikat dan disabuni. pada pagi
hari, kemudian dijemur dibawah sinar
matahari pagi. - Mencukur Bulu
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan punggung domba. - Merawat dan Memotong Kuku
Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting. - Pemberian Pakan
Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut: - Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.
- Golongan Kacang-kacangan,
seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun
kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan
siratro. - Hasil Limbah Pertanian,
seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun
pisang, daun jagung, daun ketela pohon,
daun ketela rambat dan daun beringin. - Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas.
·
Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).
Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).
· Pemeliharaan Kandang
Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah, membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang untuk disinfektan.
Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah, membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang untuk disinfektan.
MENIGKATKAN
KUALITAS DOMBA MELALUI PERKAWINAN SILANG
Untuk
menigkatkan kualitas domba yang dihasilkan perkawinan silang antara domba ekor
gemuk dan domba garut . perkawinan silang ini dilakukan antara indukan domba
ekor gemuk dan pejantan domba garut dengan tujuan untuk menghasilkan domba yang
memiliki postur tubuh dan pertumbuhan
yang baik. Domba memiliki pertumbuhan badan menyamping dan memanjang, tidak
miniggi dan memanjang seperti kambing. Ada perbedaan antara pertumbuhan domba
ekor gemuk dan domba garut. Domba ekor gemuk memiliki pertumbuhan badan optimal
dari perut hingga tubuh bagian belakang. Sementara itu, pertumbuhan optimal
domba garut dari dada hingga tubuh bagian depan. Itulah alasanya adanya
perkawinan silang untuk menigkatkan mutu genetik, dan diharapkan akan
memperoleh anakan domba dengan pertumbuhan badan yang optimal mulai bagian
depan hingga pada bagian belakang. Kelebihan dari sisi lain ini adalah
diperolehnya anakan jantan yang bertanduk, sehingga harga jual lebih tinggi
karena disukai konsumen.
Perkawinan
silang antara domba ekor gemuk dan domba garut biasanya dilakukan secara alami.
Pasalanya domba garut memiliki stamina yang cukup kuat, sehingga cocok untuk
perkawinan secara alami. Satu ekor pejantan domba garut berkualitas dapat
digunakan untuk mengawini hingga 60 ekor domba ekor gemuk.
Analisis usaha pembibitan domba
Asumsi
1. Pembibitan
dilakukan secara alami (semi-intensif). Dilakukan dengan mengawinkan dengan
indukan dan pejantan dalam kandang koloni
2. Indukan
yang digunakan adalah domba ekor gemuk. Pejantan yang digunakan domba garut.
3. Jumlah
indukan 100 ekor dan pejantan 10 ekor, dengan bobot rata-rata 25 kg/ekor.
4. Masa
pakai kandang selama 8 tahun (96 bulan/ 12 periode pembibitan).
5. Masa
pakai alat dan perlengkapan selama 3 tahun (36 bulan atau 4,5 periode)
6. 1
periode panen selama 8 bulan (5 bulan bunting, 3 bulan menyusui.
7. Penjualan
anakan dilakukan setelah anakan berumur 3bulan atau sudah lepas sapih
8. Tenaga
kerja dilakukan sendiri oleh peternak. Biaya tenaga kerja untuk mencari pakan
dimasukkan ke komponen biaya pakan.
Analisa usaha
Biaya investasi
no
|
nama barang
|
volume
|
satuan
|
harga
|
1
|
pembuatan kandang
|
|
|
Rp
22,000,000.00
|
2
|
alat dan perlengkapan
|
|
|
Rp
2,000,000.00
|
3
|
pembelian indukan
|
100
|
Rp
1,000,000.00
|
Rp 100,000,000.00
|
4
|
pembelian pejantan
|
10
|
Rp
2,000,000.00
|
Rp
20,000,000.00
|
5
|
total investasi
|
|
|
Rp
144,000,000.00
|
Biaya operasional perperiode
Biaya tetap
biya operasional perperiode pembibitan
|
||||
no
|
biya tetap
|
|
|
|
1
|
penyusutan kandang
|
1 / 12
|
Rp 22,000,000.00
|
Rp 1,830,000.00
|
2
|
penyustan alat dan
perlengkapan
|
1 / 4,5
|
Rp
2,000,000.00
|
Rp
444,000.00
|
|
Total
|
|
|
Rp 2,274,000.00
|
|
biaya variable
|
|
|
|
1
|
Hijauan
|
450/ekor/hari
|
|
Rp 11,880,000.00
|
2
|
Konsentrat
|
450/ ekor/hari
|
|
Rp 11,800,000.00
|
3
|
obat obatan
|
|
|
Rp 1,100,000.00
|
|
total biaya variable
|
|
|
Rp 25,860,000.00
|
|
total biaya
operasional
|
|
|
Rp 28,134,000.00
|
Asumsi untuk hijauan dan konsentrat
110 ekor x 30 x 2,5 kg
x x bulan
|
110 ekor x 30 x 250
gram x x bulan
|
Penerimaan
per periode
Penjualan anakan jantan 100
x 0,5 ****x 1,5 X 350.000/ekor x 0,85 ***** * Rp. 22.312.500
penjualan anakan betina 100
x 0,5 ****x 1,5 X 300.000/ekor x 0,85 ****** Rp. 19.125.000
penjualan kotoran 1kg/ekor
x110x 30 hri x 8 bulan x RP 100/kg Rp. 2.640.000
total penerimaan per periode Rp. 44.077.500
keterangan
****) perbandingan anakan jantan dan betina
yang dihasilkan dalam pembibitan 50 : 50
*****) rata-rata jumlah anakan yang dihasilkan
indukan per periode pembibitan.
******) tingkat keberhasilan hidup anakan hasil
pembibitan atau mortalitas sebesar 15 %.
Keuntungan
Keuntungan per periode = total penerimaan – total
biaya operasional
=
Rp. 44.077.500 – Rp. 28.134.000
= Rp. 15.943.500
Keuntungan perbulan = Rp. 15.943.500/ 8 bulan
=
Rp. 1.992.900
Pay back
period
Titik modal atau titik impas adalah
perbandingan antara total investasi dengan keuntungan yang diperoleh.
=(Total investasi : keuntungan perbulan) x 1
bulan
=(Rp. 144.000.000 : Rp. 1.992.900) x 1 bulan
=73 bulan