Pages

Monday, December 16, 2013

PEBIBITAN DOMBA DAN ANALISI USAHA


Pendahuluan
1.1  Latar belakang
Peluang bisnis usaha pembibitan domba sangat terbuka lebar karena permintaan bakalan domba untuk penggemukan hingga permintaan domba muda untuk kebutuhan konsumsi semakin bertambah. Pembibitan domba juga sangat penting untuk menjaga ketersediaan populasi domba. Kebutuhan protein hewani terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun, hal ini dikarenakan peningkatan penghasilan dan pengetahuan masyarakat yang semakin baik akan pentingnya makanan bergizi. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dari hasil produk peternakan seperti daging, telur dan susu. Konsumsi daging masyarakat Indonesia mencapai 7,1 kg per kapita per tahun dimana jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi telur yang hanya 3,89 kg per kapita per tahun dan kebutuhan susu sebesar 6,5 kg per kapita per tahun (Husodo, 2003).
Domba merupakan salah satu jenis ternak penghasil daging yang cukup potensial untuk dikembangkan karena domba mudah beradaptasi dan perkembangbiakannya cepat dimana seekor domba dapat beranak 3 kali dalam 2 tahun dan sekali kelahiran dapat menghasilkan 2-3 ekor anak. Di Indonesia ternak domba sebagian besar dipelihara oleh para peternak rakyat di pedesaan dimana pemeliiharaannya masih dilakukan secara tradisional. Pemeliharaan secara tradisional yang hanya diberi pakan rumput lapang saja hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok saja dengan pertambahan bobot badan yang relatif rendah 2-8 gram/ekor/hari. Selain itu ternak sangat rentan terhadap serangan penyakit yang berakibat pada rendahnya produktivitas ternak.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ternak domba ialah dengan pembibitan domba. Usaha pembibitan domba juga bermanfaat untuk mencegah pemotongan domba betina produktif seperti yang saat ini banyak terjadi. Selain itu, sarana untuk terus menigkatkan mutu genetic domba Indonesia.

Tujuan
Untuk mendapatkan mutu bibit yang baik
Untuk mengetahui usaha pembibitan domba bahwasannya menguntungkan.



Persipan pembibitan
a.       Mengubah mindset tentang usaha pembibitan domba
Masih sedikitnya peternak yang fokus pada usaha pembibitan domba disebabkan mindset seseorang yang menganggap usaha pembibitan domba kurang menguntungkan dan perputaran modalnya lama. Akibatnya, jauh lebih banyak yang memilih usaha pembesaran atau penggemukan domba karena perputaran modalnya lebih cepat.

Usaha pembibitan domba memang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk satu periodenya, yakni sekitar 8 bulan-mulai indukan hamil,melahirkan,hingga anakan lepas sapih. Coba bandingkan dengan usaha pembesaran atau penggemukan domba yang hanya membutuhkan waktu 2-4 bulan. Begitu juga dengan modal atau investasi yang dibutuhkan pada awal usaha yang jauh lebih besar daripada modal untuk usaha penggemukan.

Sebenarnya, jika dijalankan dengan perhitungan dan manajemen usaha yang baik, pembibitan domba tidak kalah menguntungkan dibandingkan dengan usaha penggemukan domba
b.      Persiapan indukan dan pejantan
Agar anakan domba yang dihasilkan berkualitas, maka indukan dan pejantan yang dikawinkan pun harus yang berkualitas unggul. Berikut ini beberapa cirri indukan pejantan berkualitas.
1.      Ciri indukan berkualitas
-          Memiliki silsilah yang jelas. Hingga saat ini, masih sangat jarang peternak yang membuat silsilah atau akta kelahiran domba. Bagi peternak yang memang fokus pada usaha pembibitan sudah saatnya untuk membuatkan silsilah bagi setiap anak domba yang lahir.
-          Berasal dari jenis domba pedaging unggulan, seperti domba garut atau ekor gemuk.
-          Umur minimum 10 bulan. Meskipun sejak umur delapan bulan sudah bisa dikawinkan, tetapi untuk hasil yang optimal sebaiknya indukan yang dipilih berumur minimum 10-12 bulan. Jenis domba local seperti domba ekor tipis atau domba lokal lainnya yang berukuran kecil bisa dikawinkan saat umu 8-10 bulan. Namun, untuk jenis domba dengan tubuh lebih besar seperti domba garut sebaiknya dikawinkan mulai umur 10-12 bulan.
-          Sehat, tidak sakit, dan tidak pernah terserang penyakit.
-          Postur tubuh proposional dan tidak terdapat cacat. Ambing cukup besar dan simetris, putting susu dua buah dan normal, serta dada lebar dan kapasitas rongga perut besar
-          Bobot minimum 25 kg untuk domba berukuran kecil maupun berukuran besar seperti domba garut. Namun, jika benar-benar diarahkan sebagai usaha pembibitan untuk meningkatkan kualitas genetik, bobot minimum indukan domba berukuran besar sekitar 30 kg. Sebaiknya tidak memilih domba yang bobotnya dibawah bobot minimum yang disarankan, karena akan berpengaruh terhadap kualitas anakan yang dihasilkan.
Sistem pembibitan
Pembibitan domba dapat dilakukan secara ekstensif, semi intensif, dan intensif. Pembibitan secara ekstensif dilakukan dengan cara menggembalakan indukan. Pembibitan semi intensif dilakukan dengan mengandangkan indukan. Perkawinan pada kedua jenis pembibitan ini dilakukan dengan cara kawin alami. Sementara itu pembibitan secara intensif dilakukan dengan cara kawin suntik atau IB.

Pembibitan
Setelah mendapatkan indukan dan pejantan berkualitas, tahap selanjutnya dari usaha pembibitan domba adalah melakukan perkawinan. Perlakuan ini diikuti dengan perawatan indukan bunting, Proses melahirkan hingga perawatan anak dan indukan pasca melahirkan.
a.       Perkawinan
Perkawinan indukan dan pejantan dilakukan secara alami di dalam kandang koloni dengan menggunakan system pembibitan semi intensif. Dalam satu kandang koloni berisi 10 ekor indukan dan 1 ekor pejantan. Dengan menggunakan system ini, pejantan akan otomatis mengawini indukan yang birahi.
Pada usaha pembibitan domba, 1 ekor pejantan berkualitas dapat mengawini 50-60- ekor betina dengan system perkawinan berseling, yaitu satu hari kawin dan satu hari tidak. Selama masa perkawinan, indukan dan pejantan di beri pakan utama berupa rumput segar seperti rumput gajah. Pakan hijauan diberikan 3-4 kali sehari, pada pagi, siang, dan sore hari. Jumlah hijauan yang diberikan 10-15% dari bobot hidup per ekor per hari. Jadi jikan bobot indukan atau pejantan 25 kg, jumlah rumput yang diberikan sekitar 2,5-3,75 kg/ekor/hari. Selain rumput, indukan dan pejantan juga diberi pakan tambahan berupa konsentrat dengan kandungan protein kasar 14-16%. Konsentrat diberikan sebanyak 1 % dari bobot hidup /ekor/hari. Jika bobot indukan 25kg / ekor, maka jumlah konsentrat yang diberikan sebanyak 0,25 kg/ekor/hari. Selain itu, diberikan juga mineral blok yang digantung di kandang. Kondisi mineral blok harus diperhatikan, sebaiknya tidak terlalu lembek agar tidak terus menerus dijilat domba. Kondisi mineral blok seperti ini bisa menyebabkan keracunan. Disamping pemberian pakan secara teratur air minum harus selalu tersedia. Sediakan air minum yang bersih dan segar untuk domba agar terhindar dari berbagai bahan kimia berbahaya. Sumber air biasannya berasal dari air tanah. Jangan lupa untuk mengganti air minum setiap hari.
Perawatan indukan bunting
Seleksi terhadap induk bunting dapat dilakukan dua bulan setelah perkawinan. Ternak yang tidak bunting sebaiknya dikeluarkan dari kandang, lalu diikutkan kelompok lain untuk perkawinan berikutnya. Tanda-tanda permulaan bunting sulit diketahui dengan pasti, tetapi perubahan tingkah laku dapat diamati dan dijadikan pegangan. Domba betina yang sedang bunting muda, gerak-geriknya agak tenang, tidak gelisah, tidak agresif lagi, nafsu makannya meningkat, dan sering menjilat-jilat pintu kandang atau lantai. Jika sudah bunting, harus segera dipisahkan dari domba lainnya, yaitu dimasukkan ke dalam kandang tersendiri. Kambing yang bunting membutuhkan perawatan dan pakan yang lebih baik agar anak yang dikandungnya dapat tumbuh sehat. Masa bunting domba berlangsung sekitar 150 hari. Pada saat bunting muda, sebaiknya kambing dijaga dan dihindarkan dari hal-hal yang dapat menyebabkan keguguran dan stres. Pada tiga minggu pertama belum terlihat pertumbuhan kebuntingan yang nyata. Baru pada delapan minggu terakhir perut dan kelenjar ambing terlihat membesar.
Domba yang sedang bunting perlu mendapat sinar matahari yang cukup setiap hari. Kandang harus luas agar dapat bergerak leluasa dan kondisi tubuhnya selalu terjaga agar tetap sehat, segar, dan kuat. Domba yang sedang bunting harus dihindarkan berkelahi dengan hewan lain, jangan sampai terkena pukulan, terjatuh, atau dipaksa melakukan pekerjaan berat. Jika hal itu terjadi, Domba akan stres dan keguguran.
Perawatan rutin selama pembibitan
Disamping pemberian pakan, air minum, dan vitamin, ada beberapa perawatan rutin yang harus dilakukan selama proses pembibitan berlangsung. Jenis perawatan yang perlu dilakukan diantaranya memandikan domba, mencukur bulu, memotong kuku dan membersihkan kandang. Semua kegitan ini harus dilakukan agar usaha pembibitan dapat berjalan lancer dan tidak mengalami hambatan berarti.
Proses melahirkan
Pengawasan terhadap indukan yang bunting harus dilakukan dengan cermat agar ketika indukan menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan bisa diketahui sejak dini. Dengan demikian, pengurus ternak bisa langsung memindahkan indukan ke kandang beranak.
Kelahiran normal sebaiknya berjalan sendiri tanpa bantuan manusia, agar kelahiran normal, nutrisi menjelang dan selama bunting harus tercukupi. Selain itu indukan yang bunting juga harus banyak bergerak, terutam menjelang beranak. Untu memberikan ruang gerak yang leluasa terhadap indukan bunting sebaiknya jumlah indukan dalam satu kandang tidak terlalu banyak, cukup 10 ekor indukan dan 1 ekor pejantan untuk luasan kandang 3 x 2 meter.
Indukan yang kekurangan nutrisi biasanya harus di beri pertolongan saat beranak. Berdasarkan pengalaman , sebagian besar indukan yang saat di beli sudah bunting biasanya akan membutuhkan pertolongan. Keadaan ini bisa di sebabkan karena factor, diantaranya perawatan sebelumnya kurang memadai, kemungkinan indukan baru pertama bunting, atau akibat posisi janin yang tidak normal.
Setelah anakan keluar, indukan biasanya akan menjilati lender yang menempel diseluruh tubuh anakan, termasuk menjilati lender di bagian hidung sehingga tidak menghlangi jalan napas . jika indukan tidak melakukannya , peternak harus mengelapnya menggunkan kain . diawali dengan membersihkan lender di bagian hidung kemudian di seluruh tubuh . lakikan hingga anakan domba menjadi kering.






PERAWATAN ANAKAN DAN INDUKAN
Perawatan Anakan
Setelah dilahirkan anakan harus mendapatkan asupan susuatau kolostrum dari indukan. Secara alami, sekitar 30 menit hingga satu jam setelah dilahirkan anakan sudah dapat berdiri dan menyusu kepada induknya. Asupan klostrum sangat penting untuk daya tahan tubuh anak domba. Karena itu, jika indukan menolak, proses menyusi dibantu dengan  cara pegang indukan dan dekatkan kepada anak domba untuk menyusu. Kolostrum akan habis dalam jangka waktu 3-4 hari. Selama masa pra sapih,anakan hanya mengonsumsi ASI.  Sejak dilahirkan hingga berumur 3 bulan, ankan domba diasuh oleh induknya. Selanjutnya, anak domba siap dipisahkan dari induknya atau lepas sapih untuk di besarkan. Anakan yang lepas sapih ini sudah bisa dijadikan bakalan untuk usaha penggemukan di pertanakan sendiri, bakalan untuk calon indukan pada usaha pembibitan atau dijual.
PERAWATAN INDUKAN SELAMA MENYUSUI
Setelah anakan berumur 1 minggu, induk domba beserta anaknya bisa kembali dimasukkan kandan perkawinan. Tujuannya agar indukan bisa dikawini kembali oleh pejantan sehingga ketika anakan berumur 3 bulan diharapkan indukan sudah bunting kembali. Biasanya sudah bunting satu bulan. System seperti ini dinilai efisien karena dalam kurun waktu dua tahun, indukan bisa beranak 3 kali. Sementara itu , masa produktif optimal indukan mencapai 4 tahun.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Perkandangan
      Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesua dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap rumbia.Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:
      1. Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang 1 x 1 m.
      2. Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m.
      3. Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak. Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.
Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu:
      1. Tipe kandang Panggung
        Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar.
      2. Tipe kandang Lemprak
        Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yang
        diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.
Pemeliharaan
  1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
    Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali.
  2. Pengontrolan Penyakit
    Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang sehat.
  3. Perawatan Ternak
    Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang berkualitas
    dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.
    Perawatan ternak dewasa meliputi:
    1. Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinar
      matahari pagi.
    2. Mencukur Bulu
      Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan punggung domba.
    3. Merawat dan Memotong Kuku
      Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.
  4. Pemberian Pakan
    Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:
    1. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.
    2. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan
      siratro.
    3. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon,
      daun ketela rambat dan daun beringin.
    4. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas.
·  Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).
·  Pemeliharaan Kandang
Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah, membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang untuk disinfektan.
MENIGKATKAN KUALITAS DOMBA MELALUI PERKAWINAN SILANG
Untuk menigkatkan kualitas domba yang dihasilkan perkawinan silang antara domba ekor gemuk dan domba garut . perkawinan silang ini dilakukan antara indukan domba ekor gemuk dan pejantan domba garut dengan tujuan untuk menghasilkan domba yang memiliki postur tubuh  dan pertumbuhan yang baik. Domba memiliki pertumbuhan badan menyamping dan memanjang, tidak miniggi dan memanjang seperti kambing. Ada perbedaan antara pertumbuhan domba ekor gemuk dan domba garut. Domba ekor gemuk memiliki pertumbuhan badan optimal dari perut hingga tubuh bagian belakang. Sementara itu, pertumbuhan optimal domba garut dari dada hingga tubuh bagian depan. Itulah alasanya adanya perkawinan silang untuk menigkatkan mutu genetik, dan diharapkan akan memperoleh anakan domba dengan pertumbuhan badan yang optimal mulai bagian depan hingga pada bagian belakang. Kelebihan dari sisi lain ini adalah diperolehnya anakan jantan yang bertanduk, sehingga harga jual lebih tinggi karena disukai konsumen.
Perkawinan silang antara domba ekor gemuk dan domba garut biasanya dilakukan secara alami. Pasalanya domba garut memiliki stamina yang cukup kuat, sehingga cocok untuk perkawinan secara alami. Satu ekor pejantan domba garut berkualitas dapat digunakan untuk mengawini hingga 60 ekor domba ekor gemuk.























Analisis usaha pembibitan domba
Asumsi
1.      Pembibitan dilakukan secara alami (semi-intensif). Dilakukan dengan mengawinkan dengan indukan dan pejantan dalam kandang koloni
2.      Indukan yang digunakan adalah domba ekor gemuk. Pejantan yang digunakan domba garut.
3.      Jumlah indukan 100 ekor dan pejantan 10 ekor, dengan bobot rata-rata 25 kg/ekor.
4.      Masa pakai kandang selama 8 tahun (96 bulan/ 12 periode pembibitan).
5.      Masa pakai alat dan perlengkapan selama 3 tahun (36 bulan atau 4,5 periode)
6.      1 periode panen selama 8 bulan (5 bulan bunting, 3 bulan menyusui.
7.      Penjualan anakan dilakukan setelah anakan berumur 3bulan atau sudah lepas sapih
8.      Tenaga kerja dilakukan sendiri oleh peternak. Biaya tenaga kerja untuk mencari pakan dimasukkan ke komponen biaya pakan.
Analisa usaha
Biaya investasi
no
nama barang
volume
 satuan
 harga
1
pembuatan kandang


 Rp      22,000,000.00
2
alat dan perlengkapan


 Rp        2,000,000.00
3
pembelian indukan
100
 Rp   1,000,000.00
 Rp    100,000,000.00
4
pembelian pejantan
10
 Rp   2,000,000.00
 Rp      20,000,000.00
5
total investasi


 Rp     144,000,000.00

Biaya operasional perperiode
Biaya tetap
biya operasional perperiode pembibitan


no
biya tetap



1
penyusutan kandang
1 / 12
 Rp 22,000,000.00
 Rp  1,830,000.00
2
penyustan alat dan perlengkapan
1 / 4,5
 Rp   2,000,000.00
 Rp     444,000.00

Total


 Rp  2,274,000.00



biaya variable



1
Hijauan
450/ekor/hari

 Rp                   11,880,000.00
2
Konsentrat
450/ ekor/hari

 Rp                   11,800,000.00
3
obat obatan


 Rp                      1,100,000.00

total biaya variable


 Rp                   25,860,000.00

total biaya operasional


 Rp                   28,134,000.00

Asumsi untuk hijauan dan konsentrat
110 ekor x 30 x 2,5 kg x x bulan
110 ekor x 30 x 250 gram x x bulan

Penerimaan per periode
Penjualan anakan jantan 100  x 0,5 ****x 1,5 X 350.000/ekor x 0,85 ***** *   Rp. 22.312.500
penjualan anakan betina 100  x 0,5 ****x 1,5 X 300.000/ekor x 0,85 ******    Rp. 19.125.000
penjualan kotoran  1kg/ekor x110x 30 hri x 8 bulan x RP 100/kg                     Rp.    2.640.000
total penerimaan per periode                                                                               Rp. 44.077.500
keterangan
****) perbandingan anakan jantan dan betina yang dihasilkan dalam pembibitan 50 : 50
*****) rata-rata jumlah anakan yang dihasilkan indukan per periode pembibitan.
******) tingkat keberhasilan hidup anakan hasil pembibitan atau mortalitas sebesar 15 %.
Keuntungan
Keuntungan per periode = total penerimaan – total biaya operasional
                                          =    Rp. 44.077.500 – Rp. 28.134.000
                                          = Rp. 15.943.500
Keuntungan perbulan = Rp. 15.943.500/ 8 bulan
                                    = Rp. 1.992.900





Pay back period
Titik modal atau titik impas adalah perbandingan antara total investasi dengan keuntungan yang diperoleh.
=(Total investasi : keuntungan perbulan) x 1 bulan
=(Rp. 144.000.000 : Rp. 1.992.900) x 1 bulan
=73 bulan